Multitasking adalah keadaan dimana kita melakukan dua pekerjaan bebeda pada waktu yang bersamaan. Seperti mengerjakan tugas sambil menonton tv atau makan sambil mengerjakan hal lain. Mungkin kebanyakan dari kita menganggap bahwa multitasking ini menghemat waktu dan efisien karena bisa mengerjakan lebih dari satu pekerjaan dalam waktu bersamaan, dan ternyata itu salah. Multitasking sama sekali tidak efisien, karena juga bisa membuat gangguan pada memori kita. Berikut ulasan selengkapnya..
1. Tak sepenuhnya fokus pada multitasking
"Apa
yang Anda sebut multitasking itu adalah berganti-ganti beberapa
aktivitas dalam satu waktu. Padahal untuk urusan perhatian dan
produktivitas, otak kita sebenarnya memiliki kapasitas yang terbatas,"
tutur Guy Winch, PhD, penulis buku Emotional First Aid: Practical
Strategies for Treating Failure, Rejection, Guilt and Other Everyday
Psychological Injuries.
"Ini seperti diagram lingkaran dan
apapun yang sedang kita kerjakan mengambil mayoritas diagram tersebut.
Tak ada yang tersisa untuk hal-hal lainnya, kecuali perilaku otomatis
seperti berjalan atau mengunyah permen karet," tambahnya.
Winch
menambahkan beralih dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya dan
bolak-balik melakukan keduanya justru akan membuang-buang produktivitas
seseorang. Hal ini karena perhatian akan tersita pada 'proses peralihan'
sehingga Anda takkan pernah benar-benar fokus di 'zona' salah satu
aktivitas.
2. Memperlambat kinerja
Berbeda dengan apa yang selama ini dipercaya banyak orang, multitasking
justru tidak menghemat waktu. Faktanya, hal ini akan membuat Anda butuh
waktu lebih lama untuk menyelesaikan dua pekerjaan sekaligus daripada
mengerjakan satu-persatu secara terpisah.
Kondisi yang sama juga
berlaku pada perilaku seperti berkendara. Dalam sebuah studi yang
dilakukan University of Utah pada tahun 2008, orang-orang yang
berkendara sambil ngobrol di telepon butuh waktu lebih lama untuk
mencapai tujuan mereka dibandingkan orang yang tidak berkendara sambil
bertelepon.
"Menghemat waktu itu jika Anda membayar
tagihan-tagihan Anda sekali waktu atau mengirim beberapa email
sekaligus. Setiap aktivitas membutuhkan pola pikir yang spesifik dan
sekali Anda harus fokus maka Anda harus bertahan pada satu aktivitas itu
sampai selesai," kata Winch.
3. Kerap melakukan kesalahan ketika multitasking
Para
pakar memperkirakan bahwa multitasking dapat menyebabkan hilangnya
produktivitas sebesar 40 persen. Aktivitas ini juga bisa mendorong orang
yang melakukannya untuk melakukan error alias kesalahan, terutama jika
aktivitas-aktivitas itu melibatkan banyak pemikiran kritis.
Sebuah
studi yang dilakukan di Prancis pada tahun 2010 pun menemukan bahwa
otak manusia sebenarnya dapat mengatasi dua pekerjaan rumit sekaligus
tanpa masalah karena otak memiliki dua lobus yang dapat berbagi tanggung
jawab dengan seimbang. Tapi jika ditambah dengan pekerjaan ketiga, maka
hal ini akan membuat frontal cortex menjadi kewalahan dan meningkatkan
kesalahan yang Anda buat.
4. Menyebabkan stres
Ketika tim peneliti University of California Irvine mengukur detak
jantung sejumlah partisipan dalam keadaan mempunyai akses yang stabil
pada email kantor atau tidak, mereka menemukan bahwa partisipan yang
menerima aliran email yang tidak konstan memperlihatkan kewaspadaan
tinggi dan detak jantung yang lebih cepat atau lebih stres. Namun bagi
partisipan dengan akses email yang konstan jarang melakukan multitasking
dan tak begitu stres karenanya.
Bahkan tak hanya aktivitas fisik
dari multitasking yang menyebabkan stres, tapi juga konsekuensinya.
"Jika Anda mendapatkan nilai ujian yang buruk karena Anda belaja sambil
menonton pertandingan baseball di TV, hal itu dapat memicu stres tinggi,
termasuk masalah kepercayaan diri dan depresi," timpal Winch.
5. Tak dapat melihat hal-hal lain di sekitarnya
Menurut
sebuah studi yang dilakukan Western Washington University pada tahun
2009, orang-orang yang sibuk melakukan dua hal sekaligus tak dapat
melihat hal-hal lain yang tepat berada di depannya.
Rincinya,
studi ini menemukan 75 persen mahasiswa yang berjalan ke kampus sembari
menelepon tidak mengetahui jika ada seorang badut yang bersepeda di
dekatnya. Para pakar menyebutnya 'inattentional blindness' yang
menunjukkan bahwa meski mahasiswa yang berbincang di telepon itu secara
teknis memandang ke sekelilingnya, tapi tak satu pun dari hal-hal yang
dilihatnya itu yang masuk ke otaknya.
6. Menurunkan daya ingat
Masuk akal ketika Anda
mencoba melakukan dua hal sekaligus, seperti membaca buku dan menonton
televisi, maka Anda akan kehilangan detail-detail penting dari salah
satu atau keduanya. Bahkan menurut sebuah studi yang dilakukan pada
tahun 2011, mendadak meninggalkan suatu pekerjaan untuk memfokuskan diri
pada pekerjaan lainnya sudah cukup mengganggu daya ingat jangka pendek
seseorang.
Begitu pula ketika tim dari University of California San Francisco
meminta partisipan untuk mempelajari sebuah gambar, lalu tiba-tiba
menggantinya dengan sebuah gambar yang berbeda, maka
partisipan-partisipan berusia 60-80 mengaku lebih kesulitan melepaskan
diri dari gambar kedua dan mengingat detail-detail tentang gambar
pertama dibandingkan partisipan berusia 20-30.
Peneliti pun mengatakan bahwa kondisi ini akan semakin memburuk seiring dengan bertambahnya usia.
7. Menyakiti hubungan
"Ini
adalah area di mana saya kira multitasking memiliki efek yang lebih
besar daripada yang disadari orang selama ini. Misalnya ketika pasangan
tengah membicarakan hal serius dan tiba-tiba istrinya berkata, 'Oh,
biarkan aku mengecek SMS ini'. Kemudian suaminya menjadi marah lalu
memutuskan untuk ikut mengecek SMS-nya sendiri dan mendadak komunikasi
menjadi terputus begitu saja," terang Winch.
Studi terbaru dari
University of Essex menunjukkan bahwa hanya dengan menaruh ponsel di
dekat dua orang atau lebih yang sedang membicarakan hal pribadi, meski
tidak dipergunakan, dapat menyebabkan friksi dan masalah kepercayaan.
"Jadi
pertahankan hubungan Anda dan beri pasangan perhatian eksklusif minimal
selama 10 menit setiap hari. Saya jamin itu akan memberikan perbedaan
yang luar biasa," saran Winch.
8. Mendorong makan berlebihan
Teralihkan perhatiannya saat makan dapat mencegah otak seseorang untuk
memproses apa yang telah dimakannya secara utuh. Hal ini dikemukakan
dari review terhadap 24 studi. Karena itu Anda takkan merasa kenyang dan
bisa jadi malah semakin tergoda untuk makan dan makan lagi dengan jeda
yang pendek.
Bahkan kondisi serupa juga direkomendasikan untuk
orang-orang yang sering makan sendiri. Mereka diminta mematikan televisi
ketika makan dan benar-benar memusatkan perhatiannya pada makanan. Lalu
bagaimana dengan makan siang pekerja kantoran? Tinggalkan komputer Anda
sejenak agar bisa fokus pada makanan Anda dan jangan terburu-buru.
9. Mengurangi kreativitas
Multitasking
membutuhkan apa yang disebut dengan 'working memory' atau 'penyimpanan
otak sementara'. Padahal menurut tim peneliti dari University of
Illinois, Chicago, ketika keseluruhan 'working memory' ini sudah
terpakai, maka hal itu juga akan menghilangkan kemampuan seseorang untuk
berpikir kreatif.
Dengan kata lain, studi yang dilakukan pada
tahun 2010 tersebut mengemukakan bahwa dengan begitu banyak hal yang
tengah terjadi di dalam kepalanya, maka para pelaku multitasking
kerapkali kesulitan untuk melamun dan memunculkan ide-ide kreatif di
tengah aktivitas.
10. Mencelakakan pelaku multitasking
SMS-an
atau menelpon, meski dengan perangkat hands-free, sama berbahayanya
dengan mengendarai mobil sembari mabuk. Tapi tetap saja banyak orangtua
yang melakukannya, kendati mereka tengah bepergian dengan anak-anaknya.
Tapi
bahayanya tak hanya itu saja. Sebuah studi menunjukkan bahwa
orang-orang yang menggunakan perangkat mobile mereka sembari berjalan
seringkali tak memperhatikan langkahnya sebelum menyeberang. Studi lain
juga mengatakan 1 dari 5 remaja yang masuk UGD akibat ditabrak mobil
mengaku tengah menggunakan ponsel pintar mereka saat insiden terjadi.
Well, begitulah dampak negative dari multitasking. Semoga bermantaat ^^
Sumber: http://health.detik.com/read/2013/06/22/145641/2281117/763/5/ini-dia-10-alasan-multitasking-tak-baik-bagi-anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar